Proses Produksi Film dapat dikatakan sebagai sebuah system, artinya antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Kegagalan pada salah satu proses akan menyebabkan sulitnya membuat film
yang enak ditonton dan mempunyai kesinambungan yang utuh. Proses
produksi yang dimulai dari adanya suatu ide yang kemudian dikembangkan
dalam bentuk naskah dan akhirnya di visualisasikan menjadi sebuah bentuk
film yang kemudian harus di evaluasi untuk mengetahui mutu
dari film tersebut melibatkan orang – orang yang kompeten di bidangnya,
berdedikasi tinggi dan mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dalam tim
yang baik.
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan
tujuan pembuatan film.
Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan,
dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat
perlu agar
pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Mengembangkan naskah ke dalam program video siap pakai melalui tahapan-tahapannya :
Tahap Pra Produksi, Tahap Produksi, Tahap Pasca Produksi.
Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim
atau crew pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya
masing-masing. Adapun tim tersebut dapat terdiri atas :
Produser
Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan
dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi.
Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif
maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh
executive producer. Dalam menjalankan tugasnya produser di bantu oleh
asst. Produser.
Sutradara atau Director
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan
bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan
produser.
Asst. Director : Seorang asisten
sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting
sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru
proses pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran
aktor/aktris pada saat dan tempat yang tepat, dan juga untuk
melaksanakan instruksi sutradara.
Art Director
Pengarah artistik dari sebuah produksi.
Floor Director
Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikan keinginan sutradara dari master control ke studio produksi.
Script Writer
Bertugas membuat Ide cerita, Pencetus atau pemilik ide cerita pada naskah film.
Penulis scenario
Bertugas menterjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual gambar atau skenario.
Cinematographer (Sinematografer)
Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan
dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu
sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan
kamera.
Cameramen
Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting.
First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of
Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap
pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan.
Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak
melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.
- Second Cameraman sering disebut
sebagai asisten kameramen atau operator kamera, bertindak sesuai
instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada kamera
atau mengoperasikan kamera selama syuting.
- First Assistant Cameramen sering
disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera. Seringkali
bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)
- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.
- Lighting : Bertugas mengatur Tata cahaya ( pencahayan dalam produksi film.
- Tata musik (Music Director) : Bertugas membuat atau memilih musik yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi
Tata Suara dan Sound Recorder
Bertugas membuat atau memilih atau merekam suara dan efek suara yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
Film Costume Designer
Bertugas membuat atau memilih kostum atau pakaian yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
Make up Artist
Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
Tata Artistik atau Artistic Director
Bertugas membuat dan mengatur latar dan setting yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
Editor : Bertugas melakukan editing pada hasil pengambilan gambar dalam produksi film.
Kliper : Bertugas memberi tanda pengambilan shot dalam produksi film.
Script Supervisor, Script Clerk atau Pencatat Adegan
Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar
yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti
durasi, arah gerakan, pengarahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris
dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris
dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gambar
ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor.
Casting
Bertugas mencari dan memilih pemain yang sesuai ide cerita dalam produksi film.
Agent (Agent Model)
Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau
serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi
kontrak individual yang termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan
khusus yang tidak termasuk dalam standard guilds atau kontrak serikat
kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris untuk mencarikan
mereka pekerjaan dan membangun karir mereka.
Art Departement
Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film.
Seringkali bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya
biasanya dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara dan
cameraman.
Dialogue Coach or Dialogue Director
Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam
mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu
pengaturan dialog saat.
Green Departement : Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak,
bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun
buatan.
A. ANALISIS IDE CERITA
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan
film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena,
pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral
tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus,
terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail
cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu
diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan
membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film
dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain:
- Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan.
- Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan.
- Cerita rakyat atau dongeng.
- Biografi seorang terkenal atau berjasa.
- Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel.
- Dari kajian musik, dll
B. MENYIAPKAN NASKAH SKENARIO
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil
cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi
adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown
naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita
yang akan dibuat film.
C. MEREKRUT PEKERJA FILM ( CREW )
- Menyeleksi kru dari tiap departemen.
- Menentukan kru dari hasil show reel ( report produksi).
- Menetapkan komposisi kru berdasarkan anggaran.
- Menyusun tim produksi.
a. Tim Non Artistik yang meliputi :
- Producer
- Executive Producer
- Line Producer
- Production Manager dan Unit Manager
b. Tim Artistik yang meliputi
- Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Skrip
- Penata Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo
- Penata Artistik, Penata Rias dan Busana
- Penata Lampu
- Penata Suara da Penata Musik
- Penata Editing
D. MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING
Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan,
siapa saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta
batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot
keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa.
Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar.
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:
- Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.
- Penyediaan kaset video.
- Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan.
- Penyediaan property, kostum, make-up.
- Honor untuk pemain, konsumsi.
- Akomodasi dan transportasi.
- Menyewa alat jika tidak tersedia.
E. HUNTING LOKASI
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah.
Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin
tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir
dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin.
Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti
akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber
listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul
layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi
kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.
F. MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta
propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus
ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita
skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan
artistik.
G. MENYIAPKAN PERALATAN
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan
yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film
minimalis) :
- Clipboard.
- Proyektor.
- Lampu.
- Kabel Roll.
- TV Monitor.
- Kamera video S-VHS atau Handycam.
- Pita/Tape.
- Mikrophone clip-on wireless.
- Tripod Kamera.
- Tripod Lampu.
H. CASTING PEMAIN
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film.
Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat
diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja.
Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari
segi budget/pembiayaan yang dimiliki.
Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan penciptaan
sebuah karya film. proses yang dalam kata lain bisa disebut dengan
shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang
yang paling bertanggung jawab dalam proses ini. orang yang ikut dalam
proses ini antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang
mengatur cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set,
make up, wardrobe dan lain sebagainya. dan Soundman yang merekam
suara.
Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang
sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya
untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan adalah :
A. MANAJEMEN LAPANGAN
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
• Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
• Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
• Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat )
• Crew koordinasi ( koordinasi para kru )
Attitude dalm bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran,
pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk
mencapai sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai
merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude
yang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saat
syuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.
B. KEGIATAN SHOOTING
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru sangat
menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh karena
itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai
hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang
harus kita ketahui.
1. Shooting Outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati
melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting
dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah
:
· cahaya matahari ( hard, soft )
· reflector ( silver, gold )
· hujan buatan
· camera setting ( irish, speed, white balance, focus)
· crowd control ( working with ekstras )
2. Shooting Indoor
Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
penggunaan lighting sederhana
· penggunaan filter
· make up
· pemilihan back ground
· monitor
3. Visual Efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan lebih menarik antara lain dengan :
· reserve motion
· fast motion ( normal lipsync )
· slow motion (normal lipsync )
· crhoma key ( blue screen )
Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan yaitu :
• makan/ logistik
• sewa peralatan
• film
• transportasi
• akomodasi
• telekomunikasi
• dokumentasi
• medis
C. TATA SETTING
Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan
pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi
tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan
mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara
menarik.
D. TATA SUARA
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang
tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah
dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan
suara) di dalam dan di luar ruangan.
E. TATA CAHAYA
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya
keualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat
diibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya
sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek.
Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan
perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade
(bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut
hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar
belakang lebih terang dibandingkan dengan artist yang sedang melakukan
acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya.
Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau
aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan
ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan
kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera
minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan
maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang
menandakan cahaya under.
Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang
dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang
untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena
warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.
F. TATA KOSTUM (WARDROBE)
Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan
gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat
dari scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu
dengan mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh
karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai
adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk
mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain
difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa
yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan
dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.
G. TATA RIAS
Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada
wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih
cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi
unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula
bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat
tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.
A. PROSES EDITING
Secara sederhana, proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat
sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam
kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar
yang diambil oleh juru kamera.
Tugas editor antara lain sebagai berikut:
- Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya.
- Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report.
- Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara.
- Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya.
- Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing.
B. REVIEW HASIL EDITING
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah
pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat
bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV,
ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD
(Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review
hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari
skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga
manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan
review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu
film.
C. PRESENTASI DAN EVALUASI
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik
dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama
dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan
:
Ahli Sinematografi :Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
Ahli Produksi Film : Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll.
Ahli Editing Film (Editor) : Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
Penonton/penikmat film : Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film.
Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film.